Kecubung tidak hanya berguna sebagai tanaman pembius. Khasiat lain yang bisa didapat dari kecubung ternyata cukup banyak. Beberapa di antaranya adalah sebagai obat sakit gigi dan asma.
Kecubung (Datura metel L) selama ini dikenal sebagai tanaman yang berefek negatif. Tanaman yang bunganya berbentuk terompet ini kerap disalahgunakan untuk penghilang kesadaran atau sebagai zat pembius karena daun kecubung berkhasiat anestesi. Hal itu terutama karena tanaman ini mengandung metil kristalin yang mempunyai efek relaksasi pada otot lurik.
Karena bentuknya yang seperti terompet ditambah konotasi negatif, masyarakat Amerika dan Eropa kemudian menyebutnya sebagai devil trumpet. Penyalahgunaan tersebut sebenarnya berasal dari kebiasaan sebuah kelompok masyarakat di India yang menggunakan kecubung untuk membius korban persembahan bagi dewa.
Bersifat menenangkan
Hingga kini, kecubung pun masih dianggap negatif. Padahal, anggapan tersebut tidak terlalu tepat karena tanaman ini juga memiliki nilai positif. Sejak dulu, masyarakat Tionghoa menggunakan kecubung sebagai obat selesma. Bisa jadi, efek pedas, pahit, dan menghangatkan inilah yang membuat kecubung dimanfaatkan untuk obat flu.
Di India, biji kecubung yang dihaluskan dan dicampur lemak menjadi obat luar bagi penderita impotensi. Selain itu, obat tersebut dipercaya mampu menambah daya tahan seksual. Manfaat lain dari kecubung, selain untuk mengatasi flu dan impotensi, juga baik untuk meredakan asma dan sakit gigi.
Dalam situs Ilmu Pengetahuan dan Teknologi disebutkan bahwa kecubung mengandung senyawa kimia alkaloid. Senyawa alkaloid tersebut terdiri dari atropin, hiosiamin, dan skopolamin yang bersifat antikholinergik. Kecubung juga mengandung hiosin, zat lemak, kalsium oksalat, meteloidina, norhiosiamina, norskopolamina, kuskohigrina, dan nikotina.
Seorang ahli tanaman obat, dr Setiawan Dalimartha, menjelaskan bahwa zat yang bermanfaat sebagai pereda asma adalah hipociamin dan skopolamin yang besifat antikholinergik. Efek dari zat tersebut sangat meringankan penderita asma.
Alkaloid dapat melebarkan kembali saluran pernapasan yang menyempit akibat serangan asma. Lalu, skopolamin juga mempunyai aktivitas depresan untuk susunan saraf pusat sehingga kerap digunakan sebagai obat antimabuk.
Harus hati-hati
Yang perlu diperhatikan, penggunaan kecubung bisa berefek samping. Keracunan bisa saja terjadi. Menurut Endah Lasmadiwati, ahli tanaman obat dari Taman Sringanis Bogor, penggunaan daun kecubung yang hanya diremas dan ditempelkan pada dahi bisa membuat orang mabuk.
Itu sebabnya, kita harus sangat hati-hati dalam penggunaan kecubung. Paling tidak, berkonsultasilah dengan ahli tanaman obat atau dokter sebelum menggunakan ramuan kecubung.
Gejala keracunan yang biasanya timbul, terutama akibat zat atropin dan skolopamin, adalah mulut kering, sembelit, sensitif terhadap cahaya, dan sakit mata. Pemberian antasida umumnya digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.
Kecubung banyak dijumpai di daerah berhawa sejuk. Di beberapa daerah, kecubung dinamai dengan kucubung (Sunda) dan kacubung (Madura). Kecubung termasuk tumbuhan jenis perdu. Mahkota bunganya mirip terompet berwarna putih keunguan.
Kecubung berbunga putih dianggap paling beracun dibandingkan dengan jenis lain yang juga mengandung zat alkaloid. Maka dari itu, penggunaannya harus sangat hati-hati dan hanya terbatas sebagai obat luar.
Senyawa alkaloid ini terdapat di semua bagian tumbuhan kecubung, mulai dari akar, tangkai, daun, bunga, buah, hingga bijinya. Namun, kandungan terbesar terdapat pada akar dan biji. Bila keracunan ramuan kecubung, usahakan jangan sampai tertidur. Minumlah kopi yang keras dan jangan lupakan untuk menghirup udara segar sebanyak-banyaknya.
Kecubung (Datura metel L) selama ini dikenal sebagai tanaman yang berefek negatif. Tanaman yang bunganya berbentuk terompet ini kerap disalahgunakan untuk penghilang kesadaran atau sebagai zat pembius karena daun kecubung berkhasiat anestesi. Hal itu terutama karena tanaman ini mengandung metil kristalin yang mempunyai efek relaksasi pada otot lurik.
Karena bentuknya yang seperti terompet ditambah konotasi negatif, masyarakat Amerika dan Eropa kemudian menyebutnya sebagai devil trumpet. Penyalahgunaan tersebut sebenarnya berasal dari kebiasaan sebuah kelompok masyarakat di India yang menggunakan kecubung untuk membius korban persembahan bagi dewa.
Bersifat menenangkan
Hingga kini, kecubung pun masih dianggap negatif. Padahal, anggapan tersebut tidak terlalu tepat karena tanaman ini juga memiliki nilai positif. Sejak dulu, masyarakat Tionghoa menggunakan kecubung sebagai obat selesma. Bisa jadi, efek pedas, pahit, dan menghangatkan inilah yang membuat kecubung dimanfaatkan untuk obat flu.
Di India, biji kecubung yang dihaluskan dan dicampur lemak menjadi obat luar bagi penderita impotensi. Selain itu, obat tersebut dipercaya mampu menambah daya tahan seksual. Manfaat lain dari kecubung, selain untuk mengatasi flu dan impotensi, juga baik untuk meredakan asma dan sakit gigi.
Dalam situs Ilmu Pengetahuan dan Teknologi disebutkan bahwa kecubung mengandung senyawa kimia alkaloid. Senyawa alkaloid tersebut terdiri dari atropin, hiosiamin, dan skopolamin yang bersifat antikholinergik. Kecubung juga mengandung hiosin, zat lemak, kalsium oksalat, meteloidina, norhiosiamina, norskopolamina, kuskohigrina, dan nikotina.
Seorang ahli tanaman obat, dr Setiawan Dalimartha, menjelaskan bahwa zat yang bermanfaat sebagai pereda asma adalah hipociamin dan skopolamin yang besifat antikholinergik. Efek dari zat tersebut sangat meringankan penderita asma.
Alkaloid dapat melebarkan kembali saluran pernapasan yang menyempit akibat serangan asma. Lalu, skopolamin juga mempunyai aktivitas depresan untuk susunan saraf pusat sehingga kerap digunakan sebagai obat antimabuk.
Harus hati-hati
Yang perlu diperhatikan, penggunaan kecubung bisa berefek samping. Keracunan bisa saja terjadi. Menurut Endah Lasmadiwati, ahli tanaman obat dari Taman Sringanis Bogor, penggunaan daun kecubung yang hanya diremas dan ditempelkan pada dahi bisa membuat orang mabuk.
Itu sebabnya, kita harus sangat hati-hati dalam penggunaan kecubung. Paling tidak, berkonsultasilah dengan ahli tanaman obat atau dokter sebelum menggunakan ramuan kecubung.
Gejala keracunan yang biasanya timbul, terutama akibat zat atropin dan skolopamin, adalah mulut kering, sembelit, sensitif terhadap cahaya, dan sakit mata. Pemberian antasida umumnya digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.
Kecubung banyak dijumpai di daerah berhawa sejuk. Di beberapa daerah, kecubung dinamai dengan kucubung (Sunda) dan kacubung (Madura). Kecubung termasuk tumbuhan jenis perdu. Mahkota bunganya mirip terompet berwarna putih keunguan.
Kecubung berbunga putih dianggap paling beracun dibandingkan dengan jenis lain yang juga mengandung zat alkaloid. Maka dari itu, penggunaannya harus sangat hati-hati dan hanya terbatas sebagai obat luar.
Senyawa alkaloid ini terdapat di semua bagian tumbuhan kecubung, mulai dari akar, tangkai, daun, bunga, buah, hingga bijinya. Namun, kandungan terbesar terdapat pada akar dan biji. Bila keracunan ramuan kecubung, usahakan jangan sampai tertidur. Minumlah kopi yang keras dan jangan lupakan untuk menghirup udara segar sebanyak-banyaknya.
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment